Ketua ABPPTSI: Tantangan dan Peluang PTS di Tengah Dominasi PTN

  • 21 Januari 2025
  • 56

Pendidikan tinggi di Indonesia terus menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan, terutama dalam konteks hubungan antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dalam wawancara eksklusif bersama Warta17Agustus, Ketua Asosiasi Badan Pengurus Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI), Prof. Dr. Thomas Suyatno, memaparkan pandangannya mengenai peluang dan tantangan PTS dalam bersaing dengan PTN.


PTN dan Tantangan Bagi PTS


Menurut Prof. Thomas, salah satu faktor yang membuat PTN menjadi pilihan banyak lulusan SMA adalah biaya pendidikan yang lebih terjangkau. Namun, kondisi ini menciptakan situasi yang tidak ideal bagi PTS.


“PTN itu seperti pukat harimau dalam menjaring mahasiswa. Mereka menerima banyak mahasiswa tanpa mempertimbangkan rasio antara dosen dan mahasiswa yang ideal. Hal ini berdampak pada PTS, yang sering kali hanya dianggap sebagai pelengkap,” tegasnya (13/1)


Ia juga menyoroti bahwa tujuan utama partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, jika PTN terus menerima mahasiswa dalam jumlah besar tanpa pengendalian, masalah daya tampung dan kemampuan negara untuk mendanai PTN akan menjadi tantangan yang sulit diatasi.


“Terdapat regulasi yang membatasi penerimaan mahasiswa baru di PTN hingga 31 Juli 2025, dan jika ada program studi tertentu, diperpanjang hingga 15 Agustus 2025. Dengan aturan ini, PTS mendapat kesempatan lebih panjang hingga 30 September 2025 untuk menjaring mahasiswa baru,” jelasnya


Pentingnya Dukungan untuk PTS


Sebagai bagian penting dari pendidikan tinggi di Indonesia, PTS membutuhkan regulasi yang mendukung perkembangan mereka. Prof. Thomas berharap Menteri Pendidikan, Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, dapat memberikan lebih banyak ruang bagi PTS untuk berkembang.


“Kami meminta agar aturan yang dibuat tidak terlalu mempersulit PTS untuk berkembang. Terutama untuk PTS di wilayah timur Indonesia yang masih menghadapi banyak tantangan,” tukas Ketua ABPPTSI tersebut


Apresiasi untuk Untag Surabaya


Dalam wawancara tersebut, Prof. Thomas juga memberikan apresiasi kepada Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Menurutnya, Untag Surabaya menunjukkan perkembangan yang signifikan berkat kekompakan antara badan penyelenggara yayasan dan pimpinan perguruan tinggi


“Jika kekompakan terus dibangun antara yayasan, pimpinan, dekan, kaprodi, dan direktur, kemajuan akan lebih cepat. Konflik internal adalah salah satu hambatan terbesar bagi perkembangan PTS,” jelasnya


Menghindari Konflik Internal


Prof. Thomas menyoroti pentingnya menghindari konflik internal di PTS, yang umumnya terjadi dalam tiga bentuk : 

1. Konflik antar organ yayasan (pembina, pengurus, pengawas).

2. Konflik antara pengurus yayasan dan pimpinan perguruan tinggi.

3. Konflik antara pimpinan perguruan tinggi dan senat perguruan tinggi.


“Senat hanya berfungsi memberikan pertimbangan dan pengawasan akademik. Penanggung jawab utama tetap rektor dan wakil rektor. Jika semua pihak memahami perannya masing-masing, konflik dapat dihindari,” tegasnya


Optimisme untuk Masa Depan


Prof. Thomas optimis bahwa Untag Surabaya akan terus berkambang dan mampu sejajar dengan universitas swasta terkemuka di Indonesia.


“Saya yakin Untag Surabaya bisa mencapai level yang sama. Bravo Untag Surabaya!” tutup Prof. Thomas


Dengan komitmen terhadap kualitas pendidikan, inovasi, dan kolaborasi yang solid di antara seluruh elemen kampus, Untag Surabaya terus membuktikan diri sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia, siap mencetak generasi unggul yang berkontribusi bagi kemajuan bangsa. (Boby)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id