Menang Lomba Nasional, Ani Setiowati Tulis Pergulatan Diri di Balik Tekanan Prestasi

  • 12 Juni 2025
  • 32

Di balik sorotan prestasi akademik dan tuntutan sukses sejak dini, tersimpan kisah personal yang jarang terdengar, kisah tentang pencarian jati diri, tekanan lingkungan, dan keberanian menyuarakan isi hati. Cerita itulah yang diangkat Ani Setiowati, mahasiswi semester enam Program Studi Administrasi Niaga Untag Surabaya, dalam sebuah esai yang membawanya meraih Juara 1 pada ajang Nasional Festival Pillars of Well-Being Competition 2025 tingkat nasional.


Kompetisi ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Diploma Tiga Kebidanan (HISDAN) Universitas Muhammadiyah Pekajangan, Pekalongan. Dengan mengusung tema besar “Healthy Lives, Healthy Future”, lomba ini membuka ruang bagi mahasiswa di seluruh Indonesia untuk menyuarakan perspektifnya dalam bentuk esai.


Ani memilih subtema Self-Awareness dan menulis esai berjudul "Silent Struggle for Identity: Membangun Self-Awareness di Tengah Dinamika Parenting Ambisius yang Mengutamakan Prestasi."


Lewat esainya, Ani membahas fenomena pola asuh ambisius yang kerap dialami generasi muda masa kini. Menurutnya, meskipun dorongan orang tua untuk anak berprestasi lahir dari kasih sayang, dalam praktiknya dapat menimbulkan tekanan psikologis yang tidak ringan. Tak jarang, anak-anak kehilangan arah, menjalani hidup berdasarkan ekspektasi orang lain, dan kesulitan mengenali jati diri mereka yang sebenarnya.


“Esai ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi. Saya suka seni, desain, dan multimedia sejak SMK. Tapi orang tua saya lebih mendorong ke jalur administrasi karena dianggap lebih aman secara karier. Akhirnya, saya masuk Prodi Administrasi Niaga dan dapat beasiswa prestasi dari Untag Surabaya. Tapi tetap ada bagian dari diri saya yang merasa belum utuh,” ungkap Ani (11/6)


Kemenangan Ani pun menghadirkan makna yang lebih dalam dari sekedar gelar juara. Esai tersebut menjadi jembatan yang membuka percakapan penting dalam keluarganya. Setelah ibunya membaca karya tersebut, terjadi momen dialog yang tulus.


“Bunda bilang dia baru sadar kalau saya gak sepenuhnya bahagia. Selama ini IPK saya bagus, gak pernah ngulang, jadi orang tua pikir saya nyaman. Tapi ternyata tidak,” ujarnya lirih


Dalam tulisannya, Ani menegaskan pentingnya self-awareness sebagai pondasi untuk memahami keinginan pribadi secara jujur. Ia juga menyampaikan bahwa keberanian untuk membangun komunikasi terbuka dengan orang tua dapat menjadi kunci penting dalam menjaga kesehatan emosional. 


Disisi lain, ia mengajak pembaca untuk mempraktikkan self-compassion, sebuah kemampuan menerima diri dengan segala keterbatasannya tanpa terus-menerus menyalahkan diri atas hal-hal yang berada di luar kendali.


Kompetisi yang berlangsung secara daring, pada 3 Mei 2025 ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia. Meski digelar secara virtual, nuansa persaingan nasional tetap terasa dan berlangsung dengan ketat.


Prestasi Ani bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga mencerminkan bagaimana Untag Surabaya memberi dukungan penuh terhadap pengembangan potensi mahasiswa. Kampus Merah Putih ini dikenal tak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga memberikan ruang untuk pengembangan diri dalam berbagai bidang non-akademik seperti lomba ilmiah, karya tulis, hingga aktivitas kreatif.


“Di Untag, saya mendapat ruang untuk tetap jadi diri saya sendiri. Meskipun bidang saya bukan seni, tapi kampus mendukung saat saya ikut lomba-lomba seperti ini. Bahkan, Saya merasa kampus membuka jalan untuk saya menyampaikan isi hati dengan cara yang elegan dan bermakna,” tambah Ani.


Ani berharap, esainya dapat menjadi pengingat sekaligus inspirasi bagi mahasiswa lain yang tengah berada dalam pergulatan serupa. 


“Jangan takut untuk jujur pada diri sendiri, dan jangan merasa bersalah jika kamu belum bisa memenuhi semua harapan orang tua. Kita bisa belajar pelan-pelan untuk mengerti diri sendiri, lalu mengajak orang tua untuk mengerti kita,” tutup Mahasiswa Administrasi Niaga tersebut


Untag Surabaya terus menunjukkan komitmennya sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memberi perhatian pada pembentukan karakter, kesehatan mental, serta ruang berekspresi yang sehat dan suportif bagi mahasiswa. Kisah Ani Setiowati menjadi bukti nyata bahwa kampus adalah tempat tumbuhnya suara-suara muda yang berani, jujur, dan berdampak. (Boby)


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

\