Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Beberapa penerbit mengumumkan akan menutup lima produk media cetak antara lain Majalah Bobo Junior, Majalah Mombi, Majalah Mombi SD, Tabloid Nova dan Koran Republika.
Dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, Maulana Arif, S. Sos., M.I.Kom menilai fenomena tersebut merupakan hal yang wajar di era digital seperti saat ini.
“Berhentinya penerbitan media cetak menjadi hal yang lumrah karena memang era perubahan media,” ujarnya, Jumat (23/12/22).
Dosen yang akrab disapa Donny tersebut memaparkan media massa saat ini memasuki generasi ketiga ditandai dengan penurunan penggunaan kertas di industri media massa.
“Generasi pertama, muncul setelah media massa melalui surat kabar pada abad 17 hingga 18. Sedangkan, generasi kedua terjadi dua abad kemudian dengan muncul media penyiaran berupa radio dan televisi. Sekarang itu pada level internet. Generasi ketiga ini cenderung online. Ketika generasi ketiga online ini maka terjadi paperless (tidak ada penggunaan kertas),” terangnya.
Namun, era digitalisasi saat ini mengakibatkan tidak adanya konektivitas antara kultur industri media cetak dengan masyarakat informasi di zaman ini. Digitalisasi menjadikan banyak orang malas membaca buku atau koran lantaran banyak orang yang lebih memilih mendapatkan informasi dengan bantuan gawai. Selain itu, produk media cetak juga dianggap memakan ruang sehingga dianggap tidak praktis oleh masyarakat.
Ketika selera konsumsi masyarakat berubah, Donny menyarankan agar industri media cetak mampu menyesuaikan cara menyajikan produk jurnalistiknya.
“Penerbitannya juga harus eksis, maka mau tidak mau ia juga harus diubah ke bentuk online. Jadi, munculkan konten kreator dan desain-desain digital, bertransformasi sehingga menjadi virtual,” jelasnya.
Pola transformasi ini, terang Donny, telah dipraktikkan oleh The New York Times sejak tahun 2015.
“Sejak 2015, The New York Times sudah menempatkan produk digital sebagai yang utama sekarang. Kalau sudah digital tidak perlu menggunakan media cetak, tidak apa-apa,” ungkap Donny.
Terakhir, ia juga menyarankan agar industri media mampu melakukan perubahan pengelolaan konten dengan semakin mempercepat proses pengunggahan konten.
“Kalau dulu majalah mungkin butuh seminggu harus cetak, kalau koran butuh 24 jam baru cetak, maka sekarang ini lebih cepat dibanding koran agar tidak tertinggal dengan media lain,” tutupnya. (Nabila)