Pesona Strawberry Moon, Purnama Terendah dalam 20 Tahun di Langit Indonesia

  • 13 Juni 2025
  • VaniaS
  • 22

Langit Indonesia kembali mempersembahkan pemandangan alam yang memesona melalui kemunculan Strawberry Moon pada Rabu malam, 11 Juni 2025. Fenomena ini terjadi saat bulan berada pada posisi rendah di langit dan mencapai puncak terang menjelang fajar.


Strawberry Moon kali ini istimewa karena menjadi purnama dengan posisi terendah dalam dua dekade terakhir. Sejak bulan mulai terbit hingga mendekati matahari muncul, masyarakat dapat menyaksikan pesonanya di langit malam, menghadirkan panorama yang memikat mata.


Dikutip dari Detik.com, Strawberry Moon muncul sehari setelah Titik Balik Matahari Musim Panas, hari dengan durasi siang terpanjang dalam setahun. Pada fase ini, Bulan berada tepat berseberangan dengan Matahari, dengan Bumi berada di antaranya. Posisi tersebut membuat Bulan tampak bundar sempurna dan bercahaya penuh di sisi malam Bumi.


Karena posisinya yang sangat rendah di cakrawala, fenomena ini juga menimbulkan ilusi optik yang membuat bulan terlihat lebih besar dari biasanya saat diamati dari permukaan Bumi.


Asal-usul Nama “Strawberry Moon”


Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), istilah Strawberry Moon pertama kali digunakan dalam kalender petani Maine pada 1930-an. Nama ini berasal dari tradisi suku Algonquin di wilayah timur laut Amerika Serikat, yang menandai bulan Juni sebagai waktu panen buah stroberi liar.


Tak hanya suku Algonquin, masyarakat Anishinaabe (Ojibwe) juga memiliki sebutan serupa, yakni Ode’miin Giizis, yang berarti “Bulan Stroberi.” Bulan ini menjadi momen penting untuk menggelar jamuan tahunan dan menyambut kembalinya anggota keluarga. Informasi ini dilansir dari Ontario Native Literacy Coalition. 


Seiring berjalannya waktu, nama Strawberry Moon pun diadopsi secara luas untuk merujuk pada purnama bulan Juni.


Meski disebut “Strawberry”, bulan ini tidak selalu tampak merah muda. Warna kemerahan hanya terlihat saat bulan berada dekat cakrawala, seperti saat terbit atau terbenam, akibat efek pembiasan cahaya atmosfer. Karena itu, warna Bulan bisa tampak pink, kuning, atau oranye keemasan, berbeda dari warna abu atau putih yang biasanya terlihat ketika bulan berada tinggi di langit.


Warna dan Nama Lain di Berbagai Budaya


Di Eropa, purnama bulan Juni dikenal sebagai Honey Moon, karena bertepatan dengan musim panen madu. Istilah ini diyakini menjadi asal mula sebutan “bulan madu” bagi pasangan pengantin baru. Selain itu, purnama Juni juga memiliki sebutan lain seperti Birth Moon, Hatching Moon, dan Egg Laying Moon, yang mencerminkan tema kesuburan dan kelahiran di musim panas.


Menariknya, makna Strawberry Moon bisa berbeda di belahan Bumi selatan seperti Australia, yang pada bulan Juni justru memasuki musim dingin. Namun, di wilayah subtropis seperti Perth, musim panen stroberi tetap terjadi, sehingga penamaan Strawberry Moon masih memiliki relevansi secara lokal.


Bagian dari Kalender Budaya dan Astronomi


Fenomena bulan purnama ini tidak hanya bernilai astronomis, tetapi juga kaya akan nilai budaya. Penamaan-penamaan tersebut menunjukkan eratnya hubungan antara manusia dan alam, serta bagaimana setiap budaya memiliki cara unik untuk memahami siklus langit.


Strawberry Moon dengan posisi serendah tahun ini tergolong langka. Menurut BBC Sky at Night Magazine, purnama serendah ini baru akan kembali terlihat sekitar tahun 2043.


Strawberry Moon mengingatkan kita bahwa langit bukan hanya ruang kosong, tetapi juga lembaran cerita yang terbentang luas. Ia merekam jejak peradaban, menyatukan ilmu pengetahuan dan warisan budaya dalam satu momen yang bisa dinikmati bersama, melintasi waktu dan benua.



https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter

\