Portal Berita Online YPTA 1945 Surabaya
Baru-baru ini, permainan tradisional yaitu Lato-lato viral di media sosial. Permainan sederhana dimana sepasang bola kecil diikat dengan tali. Banyak anak anak yang memainkan permainan ini.
Dr. Andik Matulessy, M.Si., Psikolog, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Pusat (Himpsi), mengungkapkan pro dan kontra permainan tersebut. Menurutnya, mengganggu atau tidaknya permainan lato-lato itu tergantung dari penggunaannya.
"Namun jika berlebihan, ditambah dimainkan di waktu dan situasi yang tidak tepat, tentu akan sangat mengganggu," ungkapnya saat dikonfirmasi Tim Warta 17 Agustus, Senin (19/12).
Dijelaskan, ada banyak aspek positif dari permainan lato-lato. Lato-lato dapat mengalihkan dan mengurangi efek kecanduan gawai yang saat ini banyak diderita oleh anak-anak. Permainan lato-lato dapat meningkatkan fungsi koordinasi kognitif dan keterampilan motorik.
"Fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik halus di tangan anak ini terjadi ketika anak berusaha memainkan lato-lato hingga menimbulkan bunyi etek-etek," Ketua Prodi Magister Psikologi tersebut.
Bermain dengan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan sosial dan emosional anak. Hal ini akan berdampak besar kepada kecerdasan emosional anak. Sementara itu, kerugian dari permainan Lato- lato adalah menyebabkan pembengkakan pada tangan, jika terjadi cedera dapat menyebabkan cedera pada kepala, hingga tak jarang menyebabkan pertikaian antar pemain setelahnya.
"Jika ini terjadi, tentu akan sangat buruk dampak psikologisnya," ujar Dosen Program Studi Psikologi itu.
Andik Matulessy menyarankan pada orang tua, bagaimanapun permainan lato-lato yang dilakukan oleh anak-anak harus diawasi oleh orang tua. Hal ini untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dalam sudut pandangnya, intensitas permainan lato-lato jangan sampai mengabaikan aktivitas dan kebutuhan anak lainnya. Misalnya, ketika lato-lato dilombakan, harus dilakukan pada usia anak yang tepat. Karena di usia yang tepat akan mengasah emotional challenge pada diri anak.
Secara teoritis, usia yang tepat untuk permainan lato-lato sebaiknya dimainkan pada usia 8 tahun ke atas. Hal ini mengacu pada teori tahap bermain anak menurut Jean Piaget, salah satu tokoh psikologi asal Swiss yang menerangkan bermain berdasarkan usia dan perkembangan kognitif anak.
"Tahapan yang diuraikan oleh Jean Piaget adalah Sensory Motor Play (usia 0-2 tahun), Symbolic atau Make Believe Play (usia 2-7 tahun), Social Play Games With Rules (8-11 tahun), dan Games With Rules and Sport (11 tahun ke atas)," terangnya.
Dosen tetap dengan jabatan Lektor Kepala Untag Surabaya ini menegaskan, anak usia 8 tahun ke atas telah memiliki kemampuan kognitif untuk menangkap rules (aturan) saat bermain lato-lato, baik dilakukan secara sendiri maupun bersama temannya.
Andik Matulessy mengutarakan, bahaya bisa terjadi jika permainan lato-lato dilakukan oleh anak di usia yang kurang tepat atau meskipun di usia yang tepat tapi dilakukan secara berlebihan.
"Anak harus diajarkan bagaimana membagi waktu yang pas saat bermain. Jangan sampai anak melupakan aktivitas atau tugas sehari-harinya, seperti istirahat, ibadah, belajar dan lainnya. Jangan sampai lato-lato menjadi over stimulus yang tentu akan menjadi tidak baik bagi perkembangan anak," pintanya. (Nabila)