Perayaan Kemenangan Melawan Kebatilan Dalam Hari Raya Galungan

  • 19 Juli 2019
  • REDAKSI
  • 6056

Masyarakat Bali dengan mayoritas penduduknya beragama Hindu, dikenal memiliki sejumlah kesibukan dalam urusan ritual persembahyangan, sejak memasuki awal tahun, pertengahan, hingga akhir tahun. Ada sembahyang harian, mingguan, bulanan, hari raya enam bulanan dan juga hari raya tahunan. Pada 22 Juli 2019 nanti, umat Hindu Bali akan merayakan salah satu hari besar yaitu peringatan hari Raya Galungan.

Dr. I Dewa Ketut Raka Ardiana, M.M., ketika ditemui warta17agustus.com, Jumat, (28/06/2019) menjelaskan, dalam kepercayaan Agama Hindu Bali, hari Raya Galungan deperingati dua kali dalam satu tahun. Hal tersebut dipersembahkan sebagai tanda kemenangan atas perbuatan baik melawan kebatilan. Menurutnya ada sebuah filosofi bahwa hal yang buruk akan dapat dikalahkan dengan sebuah kebaikan.

‘’Hari Raya Galungan diperingati setiap 6 bulan sekali, biasanya jatuh pada bulan Juli atau Agustus, dan Januari atau Februari. Hari Raya Galungan dalam kepercayaan Agama Hindu Bali merupakan perayaan kemenangan dharma yang berarti kebaikan melawan adharma yang berarti keburukan. Karena apa pun yang ada di bumi ini memiliki filosofi bahwa kebaikan akan unggul daripada keburukan,’’ kata Dosen sekaligus Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Hindu Untag Surabaya tersebut.

Tidak hanya itu, Ardiana juga menambahkan, manusia hidup di dunia ini ketika akan melakukan sebuah kebaikan, kadang kala masih terhalang oleh hawa nafsu, keinginan, ego, iri, dengki dan lain sebagainya. Menurutnya hal tersebut adalah sebuah tantangan yang harus dilakukan untuk melawan keburukan-keburukan yang melekat pada diri manusia hingga akhirnya dapat merayakan sebuah kemenangan.

 ‘’Ketika kebaikan dilakukan oleh setiap manusia, maka keburukan-keburukan itu perlahan akan sirna. Tetapi kadang kala manusia dipengaruhi oleh ego, emosi, keinginan dan kebutuhannya masing-masing, dan hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Maka dari itu ketika mereka dapat menaklukkannya, bisa diartikan itu adalah sebuah kemenangan. Hingga akhirnya, umat Hindu Bali merayakan kemenangan tersebut dengan Hari Raya Galungan,’’ ucap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut.

Dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkungan. Sedangkan tradisi yang sering dijumpai pada hari Raya Galungan adalah Tradisi Pulang Kampung, yaitu umat yang berasal dari daerah lain, seperti perantauan, akan menyempatkan diri untuk bersembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing. Oleh sebab itu Ardiana mengatakan bahwa otonomi daerah menjadikan libur semester pada setiap daerah tidak selalu sama.

‘’Kalau di Bali itu karena mayoritas penduduknya adalah umat Hindu dan hari Raya Galungan intervalnya berlangsung selama 10 hari dengan berbagai kegiatan seperti upacara ritual, maka orang-orang yang bekerja, sekolah akan diberikan dispensasi. Seperti anak sekolah misalnya, mereka bisa libur selama 1 minggu lamanya supaya dapat mengkuti kegiatan tersebut. Maka dari itu, sejak adanya otonomi daerah, masing-masing daerah memiliki jadwal libur semester yang berbeda-beda. Jadi diupayakan libur semester jatuh ketika perayaan hari raya,’’ tutup Ardana

Reporter : YRS

Editor     : LA_Unda

 


https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

REDAKSI